DAFTAR ISI

Selasa, 03 Agustus 2010

SEX BEBAS PADA REMAJA

SEX BEBAS PADA REMAJA

A. Pengertian Dan Maksud SEX BEBAS

M

asa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.

Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya.

Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.

Orang tua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi.

Perilaku-perilaku menyimpang Tersebut Salah Satunya Golongan SEX BEBAS, Yaitu

a. Hubungan Seksual Pra Nikah

Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.

b. Aborsi

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi. Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.

B. Seks Bebas di Kalangan Remaja SMA

A

NDA kepingin tahu tingkah remaja masa kini? Meski ini tidak mewakili seluruh remaja, namun bisa kita jadikan bahan renungan. Ternyata lima dari seratus pelajar setingkat SMA di Jakarta telah melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Pola pacaran yang dilakukan antara lain mulai berciuman bibir, meraba-raba dada, menggesekkan alat kelamin (petting) hingga berhubungan seks. Perilaku seks pranikah itu pun erat kaitannya dengan penggunaan narkoba di kalangan para remaja. Tujuh dari 100 pelajar SMA pernah memakai narkoba.

Hal itu dikemukakan oleh Rita Damayanti saat menyampaikan hasil penelitiannya untuk meraih gelar doktor pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), di Depok, Jawa Barat.

Dia meneliti 8.941 pelajar dari 119 SMA dan yang sederajat di Jakarta.

Menurutnya, perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Apalagi bila remaja itu bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang tidak punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya.

Bahkan, remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang, ternyata lebih mudah jatuh pada perilaku antara, yaitu merokok dan alkohol. Ujung-ujungnya dari perilaku antara itu, pelajar akan berperilaku negatif seperti mengonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah.

Untuk menangani masalah tersebut, Rita menyarankan sekolah agar memberikan informasi yang intensif kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan remaja harus terus dipantau dan dibimbing orangtua. Remaja yang bertanggung jawab dan paham dengan tujuan hidupnya, juga bisa tergelincir pada pertemanan negatif.

“Back to basic, cintai anak-anak, beri perhatian yang cukup, dan penuhi kebutuhan psikologisnya. Pola asuh yang positif akan membentuk anak-anak menjadi lebih tangguh,” ucapnya.

Dalam penelitiannya, Damayanti menyebutkan berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antarlawan jenis. Namun, dalam perkembangan budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah.

Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki dan perempuan hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih banyak dibandingkan remaja perempuan.

Perilaku pacaran remaja SLTA di Jakarta:

Prilaku Pola Berpacaran

WANITA

PRIA

RATA-RATA

TIDAK MELAKUKAN

PERSENTASE TIDAK MELAKUKAN

Ngobrol ( Curhat )

97.1

8682

94.5

8449

95.8

376

-4.20%

Pegangan Tangan

70.5

6303

65.8

5883

68.15

2848

-31.85%

Berangkulan

49.8

4453

48.3

4319

49.05

4555

-50.95%

Berpelukan

37.3

3335

38.6

3451

37.95

5548

-62.05%

Berciuman pipi

43.2

3863

38.1

3407

40.65

5306

-59.35%

Berciuman Bibir

27

2414

31.8

2843

29.4

6312

-70.60%

Meraba-raba dada

5.8

519

20.3

1815

13.05

7774

-86.95%

Meraba alat kelamin

3.1

277

10.9

975

7

8315

-93.00%

Menggesek kelamin

2.2

197

6.5

581

4.35

8552

-95.65%

Melakukan seks oral

1.8

161

4.5

402

3.15

8659

-96.85%

Hubungan SEX

1.8

161

4.3

384

3.05

8668

-96.95%


** Hasil Penelitian Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rita Damayanti

Perilaku bergeser:
Menurut Siswanto A Wilopo, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), saat ini telah terjadi pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja. Tetapi karena ketidaktahuan mereka banyak pula tindakan yang mereka ambil membuat paramedis maupun orang tua terkejut.

Surya, staf Seksi Evaluasi Direktorat Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN juga mengatakan, dari data yang dihimpunnya banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya, bahkan menyebabkan kematian.

”Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia, kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, masalah pergeseran perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung,” ujar Surya..

Menurut data Kesehatan Reproduksi yang dihimpun Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN, 2002), jelas Surya, informasi KRR secara benar dan bertanggung jawab masih sangat kurang. Pemberian informasi tentang KRR di beberapa tempat masih dipertentangkan, apalagi jika diberi judul pendidikan seksual.

”Masih terdapat anggapan, pendidikan seksual justru akan merangsang remaja melakukan hubungan seksual. Selain itu sebagian besar orang tua yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal ini, tidak memiliki kemampuan menerangkan serta tidak memiliki informasi memadai.”

Padahal, lanjutnya, survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia) di beberapa negara memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja.

Masalah yang dialami remaja tersebut sebetulnya tidak semata akibat pergeseran budaya atau pengaruh pergaulan. Kemajuan dalam perbaikan gizi di Indonesia juga ternyata menjadi pemicu pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja.

Kasubdit Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN A Djabbar Lukman yang ditemui Media di ruang kerjanya mengakui peningkatan gizi saat ini mengakibatkan hormon seorang anak menjadi lebih cepat matang. Akibatnya seorang remaja putri akan lebih cepat mengalami menstruasi dan kematangan organ-organ reproduksi. Ini juga yang menyebabkan hasrat seksual mulai timbul pada usia relatif muda.

”Selain hormon, pengaruh lingkungan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya pergeseran perilaku remaja. Globalisasi menyebabkan aksesibilitas remaja terhadap pornografi menjadi lebih mudah. Ribuan situs porno di internet serta media-media lain, seperti tabloid porno, komik hentai (komik porno Jepang) yang bertebaran di sekeliling remaja menjadi salah satu stimulan pergeseran perilaku para remaja saat ini,” tutur Djabbar.

Untuk itu, hingga saat ini pihaknya masih berusaha meng-counter serangan informasi bertubi-tubi. Salah satunya dengan menerbitkan buku mengenai kesehatan reproduksi remaja, menyampaikan berbagai informasi, salah satunya dengan meluncurkan alat ajar mengenai remaja dan berbagai permasalahannya termasuk kesehatan reproduksi dan narkoba.

C. SEBAB DAN AKIBAT SEX BEBAS

PENDIDIKAN kesehatan reproduksi remaja (KRR) makin marak digelar. Seminar‑seminar yang mengampanyekan KRR juga menarik minat remaja.

Namun, ada hal yang patut disayangkan atas kampanye pendidikan seks ke*pada remaja itu. Materinya hanya berorientasi pada perilaku seksual remaja yang sehat dan aman. Sehat berarti tidak tertular penyakit menular seksual (PMS). Aman berarti tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).

Jadi, mereka tak peduli apakah seks tersebut legal (dalam koridor perni*kahan) ataukah tidak. Hal itu justru membawa dampak yang mengkhawa*tirkan bagi remaja karena akan mengantarkan mereka ke alam pergaulan bebas.

Tak heran bila kampanye seks aman dan sehat di suatu sekolah diiringi dengan pembagian kondom (kondomisasi). Itu merupakan bentuk penghancuran moral rema*ja. Masalah narkoba belum tuntas. Sekarang bahaya free sex justru di depan mata. ???

Inilah akibatnya bila norma agama dijauhkan dari kehidupan (baca: sekuler*isme). Kebebasan berperilaku, termasuk seks bebas, akan merajalela. Padahal, bangsa kita adalah bangsa yang religius dan kaya akan nilai‑nilai luhur. Relakah remaja kita tergerus arus kebebasan tanpa batas? Kalau ya, berarti bersiaplah menghadapi kehancuran negeri ini karena terjadi lost generation
.

15 Penderita AIDS Meninggal Dalam Jangka 8 Tahun


JEPARA ‑ Kasus pengidap HIV‑AIDS di Kabupaten Jepara dalam rentang delapan tahun ter*akhir cukup tinggi. Berdasarkan laporan yang masuk di Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK), pada 1997‑2005 terdapat 28 kasus yang tersebar pada sembilan dari 14 kecamatan.

Dari jumlah itu, 15 penderita di antaranya sudah meninggal. Kepala DKK Jepara, dokter Gunawan WS DTMH MKes mengungkapkan data itu, Rabu (7/9).

Dia memperkirakan jumlah itu kemungkinan bisa lebih banyak karena tidak semua pengidap melapor ke puskesmas, rumah sakit, atau ke DKK. Data itu baru sebatas laporan yang masuk ke RSUD Kartini. "Penderita, biasanya berobat ke rumah sakit, setelah itu rumah sakit melapor ke DKK," paparnya.

Dalam kurun sewindu, para. pengidap tersebut ada di wilayah Kecamatan Jepara (6 kasus), Kel*ing (6 kasus), Bangsri (5 kasus), Kedung (3 kasus), Mlonggo (3 kasus), dan Tahunan (2 kasus). Tiga Kecamatan, yaitu Karimun*jawa, Batealit, dan Kembang masing‑masing satu kasus. Untuk Kecamatan Welahan, Pecangaan, dan Kalinyamatan sementara belum ada laporan. Data yang baru masuk khusus pada 2005 terdapat dua kasus. Para pengidap terdiri atas sembilan laki‑laki dan selebih*nya, wanita. Usia mereka 17‑40 tahun dan kebanyakan berumur 25 tahun. Mereka semua adalah pekerja seks komersial (PSK).

Kencing Nanah

Didampingi Kabid Pencega*han Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dokter gigi Kusnarto MKes, Gunawan mengemukakan, dari para penderita, itu ada yang terserang virus HIV dari luar dae*rah, seperti dari Semarang dan Jakarta. “Banyak dari mereka yang pulang ke Jepara dalam kondisi parah. Tubuh mereka, kurus, kemungkinan bisa lebih banyak terserang TBC, tumor kulit, dan diare. Bahkan, sepertiga dari total jumlah pengidap itu terkena sipilis sedangkan 30% lagi menderita kencing nanah.”

Sampai saat ini, pihak rumah sakit hanya bisa memberikan penanganan untuk mengusir penyakit sampingannya, seperti demam dan diare. Ada sebenarnya obat penyakit menular itu dari India yang disebut dengan Anti Retro Virus (ARV) dengan harga Rp 650.000 ‑ Rp 750.000. "Namun obat itu belum beredar di Indonesia," ujarnya. Para pengi*dap itu biasanya tidak mau men*jalani perawatan setelah dirujuk ke rumah sakit.(H15‑17j)



terjemahan : klik ini



TERJEMAHAN KLIK INI : disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAYA MINTA ANDA UNTUK KOMPLEN SAYA MOHON SETELAH BACA MAU JELEK ATAU BAIK ( PLS TO COMMEN TO ARTIKEL BLOG BEFOR READING ARTIKEL ME PLS)

Welcome To DUNIA KARYA UTAMA.BLOGSPOT.COM